Kecerdasan Anak Lahir, Bathin dan ahlak


Di Kecerdasan Anak Lahir, Bathin  dan Ahlak, Bimbel Jakarta Timur memberikan pandangan bagaimana Kecerdasan Anak Lahir, Bathin dan Akhlak itu. Manusia dalam proses hidup dan kehidupannya selalu membutuhkan pendidikan. Karena apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan, maka mereka tidak akan menjadi manusia yang sebenarnya, dalam arti tidak akan sempurna.

Pendidikan secara individu dapat dimaknai sebagai proses peningkatan kualitas diri. Secara sosiologis, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia suatu bangsa. Pendidikan dilangsungkan seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Sedangkan pelaksanaan pendidikan itu merupakan landasan awal untuk mengarahkan perubahan pada diri seseorang.

Pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah atau madrasah adalah salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum, yaitu tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang berbunyi “…..bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan demokratis serta bertanggung jawab”.

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting. Peranan tersebut merupakan upaya menumbuhkan dan mengembangkan anak didik kearah yang lebih optimal dan aktual melalui proses belajar mengajar, setiap guru seyogyanya mengarahkan segenap kemampuannya agar dapat melaksanakan pengajaran yang baik, sehingga diharapkan siswa memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai.

Dalam mengemban tugasnya, sekolah dihadapkan pada harapan-harapan orang tua peserta didik. Setiap orang tua mengharapkan agar proses pendidikan di sekolah tidak hanya menghasilkan manusia yang berkemampuan intelektual tinggi saja, melainkan adanya keseimbangan dan keselarasan antara kecerdasan dalam aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dimiliki anak dengan landasan agama yakni iman dan taqwa (IMTAQ).

Mencetak anak cerdas dan kreatif ibaratnya melakukan perbuatan yang bertentangan. Aktifitas “mencetak” mengandung makna peran aktif orang tua dalam mengarahkan dan membentuk segala perilaku anak. Padahal, menjadi kreatif menuntut kesempatan untuk memilih dan berekspresi secara bebas. Bagaimana mungkin mewujudkan keduanya sekaligus? Tentu bukan hal yang mudah, namun bukan sesuatu yang mustahil dilakukan.

Kebebasan tanpa batas justru bisa menjadi bomerang dan tidak menunjang kreatifitas. Demikian juga disiplin tanpa toleransi berpeluang membuahkan kekerdilan. Maka, kebebasan dan disiplin harus dimainkan secara serasi agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Sejak dini anak pada usia prasekolah adalah tahun-tahun paling efektif dalam kehidupan potensi anak seusia itu berada pada masa yang amat penting untuk dirangsang perkembangannya. Untuk mendukung tumbuhnya kreatifitas, perlu diciptakan suasana yang menjamin terpeliharanya kebebasan psikologis secara lancar.

Menurut pemerhati masalah anak dan remaja, Seto Mulyadi, kebebasan psikologis itu dapat dipelihara dan diciptakan dengan membangun suasana bermain yang dapat meraih dan memberikan kesempatan pada anak untuk menampilkan gagasan-gagasan baru secara lancar dan orisinal, jangan sekali-kali ada pengekangan orang tua terhadap anak.

Sebagai orang tua kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anak kita, dan hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memilihkan sekolah yang baik buat anak-anak kita. Saat memasukkan anak-anak kita ke playgroup berbeda dengan TK, karena yang diutamakan di playgroup adalah beradaptasi/sosialisasi dengan teman sebayanya disamping ada tujuan lain diantaranya: Bermain dan bersenang-senang, sharing, merasakan “menang dan kalah”, melatih kreatifitas anak, melatih motorik kasarnya, mempersiapkan anak agar pada saat masuk TK sudah tidak lagi susah dalam bergaul/beradaptasi dengan guru serta teman-temannya. Sedangkan untuk pertimbangan pemilihan TK diantaranya adalah :

– Agama, mencari sekolah yang sesuai dengan agama karena pelajaran agama harus sudah dikenalkan kepada anak dari sejak dia dalam kandungan orang tua dan juga sejak dia sudah mengetahui/mengenal agamanya. Atau mencari sekolah yang tidak berdasarkan agama tertentu sehingga diharapkan anak menyadari dan mengetahui adanya perbedaan agama, perbedaan ras dan anak dapat bersikap sopan terhadap yang lain dan anak sadar akan identitas dirinya, tetapi juga luwes bergaul dengan mereka yang berbeda dari dirinya.

– Lokasi, dekat dengan rumah karena anak masih kecil, mudah untuk diantar dan dijemput. Jika terpaksa memilih sekolah yang letaknya jauh dari rumah, penggunaan bis sekolah dapat dipertimbangkan. Bis sekolah dapat melatih anak untuk mandiri dan bersosialisasi dengan teman-teman yang berada dalam bis tersebut apalagi jika kedua orang tua bekerja dan tidak ada yang dapat mengantar dan menjemput, tetapi jika menggunakan bis sekolah anak akan berada terlalu lama dalam bis sekolah.

– Kurikulum, mutu pendidikan, kemampuan guru, dan sekolah tidak mematikan kreatifitas anak, dimana anak tidak dituntut untuk mengikuti kehendak gurunya.

– Biaya, dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan kualitas yang tidak mengecewakan.

Saat anak memasuki sekolah yang lebih tinggi SD, SMP, SMA pertimbangan mutu sekolah, disiplin sangat diutamakan, kemudian kita berpikir untuk memasukkan anak-anak kita pada sekolah swasta sesuai dengan agama atau pertimbangan lainnya. Sekolah swasta memiliki fasilitas lebih dari sekolah negeri, dan guru yang selalu membimbing, mengarahkan dapat mudah ditemui, dengan bayaran yang tinggi sekolah swasta hanya dapat dinikmati golongan tertentu yang akhirnya tidak ada perbedaan yang mencolok.

Berbeda dengan sekolah negeri yang miskin akan fasilitas, guru yang terkadang tidak ditempat, sehingga murid “dipaksa” untuk mampu mandiri dan belajar sendiri, dan banyak keanekaragaman murid. Kebanyakan dan disadari atau tidak, memilih sekolah terkadang merupakan obsesi dari orang tua dan rasa cinta Almamater.

Pendidikan anak bukan hanya disekolah saja, tetapi dirumah dan di masyarakat sekitar kita. Sebagai orang tua hanya berusaha membangun fondasi yang kuat untuk mereka termasuk mental-spiritual dan kita harus dapat menjadi teladan yang baik untuk anak kita.

Sebagai orang tua sebaiknya tidak hanya memikirkan IQ anak saja tetapi kita berusaha membentuk keseimbangan antara IQ dan EQ (kecerdasan emosional seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan), karena dengan EQ tinggi anak diharapkan dapat survive dalam segala masalah hidup walaupun anak itu hanya memiliki IQ yang rendah, dia mampu menghadapi kegagalan dan belajar mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Pada seseorang yang memiliki EQ rendah sedangkan ber-IQ tinggi, atau di atas rata-rata akan mempunyai kecenderungan untuk sulit menguasai emosi.

Apapun usaha dan harapan orang tua pada anak harus diingat bahwa itu adalah kehidupan anak bukan milik kita, maksud kita ingin anak kreatif dan mandiri tetapi sudah mengatur semua masa depannya.Biarkan kreatifitas anak khususnya dalam hal pendidikan menjadi sebuah kesiapan si anak untuk belajar dewasa dan memilih masa depannya dengan enjoy.

Sehingga pendidikan sampai kapanpun dapat diraihnya dengan hati senang dan tenang karena sejumlah penelitian mengungkapkan kecerdasan emosi (EQ) lebih berperan dalam menentukan keberhasilan.

Dalam agama Islam telah diatur segala sesuatu, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Begitu  juga dalam hal mendidik anak­anak, semuanya sudah diatur dalam Islam menurut Al Qur’an dan Hadits Nabi. Sebagai orang tua yang taat kepada Allah SWT dan juga Rasulullah SAW, sudah seharusnya mendidik secara islam dan ajaran Rasul. Kegagalan mendidik anak, sangat memungkinkan berefek hingga ia berusia dewasa dan berkelakuan tidak sesuai ajaran syariat Islam. Nah, kegagalan tersebut tidak bisa sepenuhnya bisa menyalahkan si anak sendiri, apalagi menyalahkan yang lain (akibat pergaulan). Jika seorang anak mendapat didikan 25 Cara Mendidik Anak Secara Islami dan Mengikuti Ajaran Rasulullah SAW yang baik secara islam mulai dari sejak baru lahir Insya Allah anak tersebut akan menjadi anak yang shaleh atau shalehah hingga dewasa nanti.

Orang tua merupakan kunci paling utama agar seorang anak bisa Shaleh atau Shalehah. Pembentukan karakter yang kuat sedini mungkin sangat penting. Menanam akhlak­-akhlak baik, mengajarkan keimanan kepada anak, dan hal lainnya, orang tualah yang bisa memulainya.Bagaimana jika seorang anak lahir tanpa Ayah, Ibunya yang mendidiknya. Bagaimana saat kecil Ibunya meninggal, ahli waris yang mendidiknya. Artikel ini bukan hanya bertujuan kepada mereka atau Anda yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Bagi Anda merupakan ahli waris seorang anak, juga harus mengetahui bagaimana cara mendidik anak secara islami dan mengikuti ajaran Rasulullah SAW. 

Dalam pembahasan cara mendidik anak secara Islami dan ajaran Rasulullah SAW, penulis membagi kedalam 4 poin besar, yaitu : 

1.Mendidik Anak Tentang Tauhid 

2.Mendidik Anak Untuk Mengenal Ibadah (Shalat) 

3.Hak­Hak Anak berkaitan dengan syariat Islam 

4.Mengajari Anak Tentang Ibadah yang Wajib dan Sunnah atau amalan lainnya. 

Dari keempat poin tersebut penulis menjabarkan satu persatu. Keseluruhannya Anda akan membaca 25 poin tentang cara mendidik anak secara syariat islam dan Rasulullah SAW. Berikut ulasannya : 

Mendidik Anak Tentang Tauhid Paling utama dan utama ialah mendidik anak tentang tauhid. Mengenal Allah SWT dan Keislaman harus dipupuk sedini mungkin. Rasulullah SAW bersabda : 

“Bukalah lidah anak­anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha­illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha­illallah”. Dan dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : 

Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah­illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman, juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas).

Ada dua tahapan mendidiki anak secara ilmu tauhid. 

Tahapan pertama ; Pada anak berusia 3 tahun sudah diajarkan mengucapkan kalimat tauhid “Laila Ha Illallah” (Tiada Tuhan Selain Allah) sebanyak tujuh kali. 

Tahapan kedua: Memasuki usia anak 3 tahun 7 bulan sudah bisa mengajarkan “Muhammad Rasulullah” (Muhammad Rasul Allah). 

Disarikan dalam kitab Al Mali. Mendidik Anak Untuk Mengenal Ibadah (Shalat) Disarikan dalam kitab Al Mali, Imam Ash Shiddig Ra menerangkan cara mendidik anak mengenal tentang Shalat : 

Saat usia anak memasuki usia 5 tahun dan sudah memahami arah dengan baik. Orang tua sudah bisa menanyakan arah kanan dan kiri. Kemudian secara perlahan ajarkan kemana arah Shalat (Kiblat). Dan mulailah mengajak anak untuk Shalat. 4.Saat usia sudah 7 tahun, anak sudah bisa diajak membasuh muka dan kedua telapak tangan. Dan secara halus meminta anak untuk shalat. 

Memasuki usia 9 tahun, sepenuhnya anak sudah bisa diajarkan tata cara wudhu dengan benar dan melakukan shalat lima waktu. Pada usia ini sudah bisa menerapkan hukuman sesuai syariat Islam bila anak tidak melakukan Shalat. Hak­Hak Anak berkaitan dengan syariat Islam Ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua secara agama baik kewajiban dan mengikuti syariat Islam. 

Berikan nama Anak sesuai nama Islam 

Diakikahkan. (Anak perempuan satu ekor kambing dan anak laki­laki dua ekor kambing). Dan dipotong rambutnya, alangkah baiknya dilakukan setelah anak lahir pada hari ketujuh. 

Sebagai orang tua, anak harus mendapatkan didikan Islam mulai dari lahir, mengajari hal­hal lain seperti membaca, mengaji, menulis. 

Anak berhak mendapatkan warisan yang halal dari kedua orang tuanya. Jika tidak mempunyai harta warisan harta benda. Ilmu agama Islam yang baik dan bermanfaat sangat besar nilainya dari pada yang lain. Mengajari Anak Tentang Ibadah yang Wajib dan Sunnah atau amalan lainnya. 

Memasuki usia akil baligh (Bagi lelaki sudah mulai bermimpi dan perempuan sudah datang haidh) anak sudah bisa diberitahukan kewajiban Shalat, Kewajiban Puasa pada saat Ramadhan. Selain itu, anak sudah bisa meminta kepada anak untuk membaca Al Qur’an, mencari llmu, menghormati orang tua, bersikap sopan santun terhadap yang lebih tua, saudara kandungnya, dan teman­temannya. 

Sebaiknya selalu menyediakan banyak buku tentang agama atau kisah islam di rumah sebagai bahan bacaan Anak. 

Memberikan perhatian mengenai kondisi rumah tangga dengan cermat dan berusaha mengenal teman­teman anak Anda. 

Apabila anak melalukan perbuatan dilarang dalam agama (perbuatan tercela) seperti berbohong. Berikan nasehat untuk anak. Dan halangilah perbuatan tersebut. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW : “Jika Rasulullah mendapatkan ada salah seorang dari anggota keluarga beliau yang berdusta maka beliau akan terus melawan sikap tersebut hingga dia (orang itu) bertaubat.” (HR. Ahmad) 

Sebagai Orang tua Anda harus menyempatkan waktu untuk bertanya kepada anak Anda tentang keadaan di sekolah mereka. Apa yang diajarkan para guru, apakah sesuai prinsip ajaran Islam. Jika tidak, sebaiknya Anda memberikan pemahaman Islam yang benar kepada Anak Anda. 

Mengajarkan anak untuk hidup kesederhanaan, tidak berlebihan dalam memintakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Ceritakan kisah Nabi Muhammad 

SAW yang hidupnya dalam kesederhanaan. 16.Selalu tanyakan kepada anak­anak Anda kemana uang yang Anda berikan apa membeli jajan, atau membeli sesuatu seperti buku. Yang penting kebutuhannya tersebut harus sesuai dan bisa digunanakan, tidak merugikan dirinya sendiri. 

Sayangi anak­-anak seperti Rasulullah menyanyangi anak­-anak dan cucu Beliau. Ciumlah anak dengan penuh kelembutan menandakan kasih sayang Anda. . Rasulullah sendiri mencium Hasan bin Ali. Suatu ketika Al Aqra’ bin Habis At­Tamimi duduk­duduk bersama Rasulullah. Dia (Al Aqra’) bertanya: “Apakah kalian mencium anak­anak kalian? Aku memiliki sepuluh orang anak, akan tetapi aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka.” Rasulullah memandang Al Aqra’ dan bersabda: “Siapa saja yang tidak menyayangi (orang lain) maka dia tidak akan disayangi.” 

Ajarkan kepada anak­anak untuk terbiasa menabung supaya terbiasa menyisihkan harta benda mereka hingga dewasa. Dan bisa digunakan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan di jalan Allah SWT (seperti bersedakah, membantu yang membutuhkan, dan lain­lain). 

Sebagai orang tua, hati­hatilah dalam mendidik Anak. Berlakulah adil terhadap anak­anak Anda. Jangan jadikan posisi Anda sebagai bos besar dalam rumah tangga. Anak­anak berhak mendapatkan lebih dari Anda. Sebagai orang tua, Anda akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari akhir nanti. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya, apakah dia menjaga ataukah menyia­nyiakannya. Sampai­sampai seorang laki-laki pun akan ditanyakan tentang (kepemimpinannya) atas keluarganya.” 

Selalu tunjukkan hal­hal yang baik dan positif kepada anak­anak. Dan Anda menjadi suri tauladan mereka hingga dewasa. 

Sebagai orang tua, Anda harus selalu senantiasa siaga 24 jam terkait kesehatan anak­anak Anda. Sampai saat mereka sudah bisa mengurus diri sendiri nantinya (sudah dewasa). 

Mendoakan kebaikan untukanak­anak Anda agar tumbuh menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Tidak ada hijab (pembatas) antara kedua orang tua dan anak begitu juga sebaliknya. 23.Jauhkan anak­anak dari hiasan dunia yang tidak baik. Sebagai gantinya sejak kecil perdengarkan ayat­ayat suci Al Qur,an dan berikan buku­buku atau majalah yang menceritakan kisah­kisah Nabi dan Rasul, kisah islami, dan lainnya dalam hal mendidik anak untuk menjauhi hal­hal yang tidak baik dan tercela. 

Bila anak mendapat permasalahan pada saat memasuki usia sekolah. Alangkah sangat baik mengajaknya untuk menceritakan permasalahan apa yang dialaminya. Jangan pernah sama sekali memarahi atau membentak anak­anak Anda. 

Mulai sejak lahir sampai akil baligh bermainlah dengan anak­anak Anda. Jika Anda terlalu sibuk karena pekerjaan, sempatkan beberapa saat untuk bercengkrama dengan anak Anda. Beberapa sahabat berkata: “Kami pergi bersama Rasulullah. Beliau mengundang kami untuk makan. Saat itu Husain terlihat sedang bermain di jalanan. Rasulullah lantas bergegas berdiri di hadapan orang­orang (kami) dan membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu (Hasan) kemudian berlari ke sana dan kemari. Beliau membuat Hasan tertawa­tawa hingga akhirnya beliau meraih tangan Husain. Belialu lalu meletakkan salah satu tangan beliau pada bagian dagu Husain, sedangkan tangan beliau yang lain pada bagian tengkuk kepalanya.” 

Anak merupakan titipan Allah SWT untuk dijaga dan diperlakukan sebaik­baiknya. Jika seorang anak meninggal pada saat masih belum akil baligh, ia akan menjadi syafaat bagi kedua orang tuanya pada hari akhir (hari penghisaban). Anak akan menanyakan kedua orang tuanya sebelum masuk kedalam Surga. Dengan izin Allah SWT masuklah orang tuanya bersama anak kedalam surga. Tentu orang tua yang beriman kepada Allah SWT. Masya Allah, sungguh kenikmatan yang besar jika mendidik anak secara Islam dan ajaran Rasulullah yang berikan untuk kita semua. Allah Maha Besar memberikan semua kenikmatan baik di Dunia dan di akhirat nanti. 

Setelah membaca ulasan diatas, secara perlahan Anda sudah bisa menerapkan (mendidik) anak-­anak Anda. Bagi yang sudah menerapkannya pertahankan hal demikian. Nantinya pada saat mereka sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri (memiliki keturunan), sudah bisa menerapkan seperti apa yang dicontohkan oleh kedua orangtuanya. Sahabat renungan islam, tiada yang sulit diajarkan dalam agama Islam dan juga Rasulullah SAW. Allah SWT akan memberikan kemudahan untuk hambanya supaya selalu beribadah dan senantiasa mengingatNYA selalu sepanjang hayat. Sekecil apapun kebaikan, Allah SWT akan memberikan ganjaran berpuluh kali lipat. Semoga bermanfaat bagi semua.

Tidak ada anak yang bodoh. Setiap anak memiliki kepintarannya masing-masing. Seorang pakar pendidikan dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Thomas Armstrong mengungkapkan, ada delapan jenis kecerdasan anak menurut teoriMultiple Intelligences atau kecerdasan multipel.

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar pendidikan yang juga dari Universitas Havard, Howard Gardner. Howard membaginya menjadi delapan jenis kecerdasan anak, yaitu word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logika atau matematis), self smart  (kecerdasan intrapersonal), people smart (kecerdasan interpersonal), musik smart (kecerdasan musikal), picture smart(kecerdasan spasial), body smart (kecerdasan kinetik), dan nature smart(kecerdasan naturalis).

Thomas menjelaskan, setiap anak barangkali bisa memiliki delapan jenis kecerdasan ini. Hanya saja, ada anak yang hanya menonjol pada satu atau lebih jenis kecerdasan tersebut. Untuk itu, menurut Thomas, orangtua seharusnya mengenali jenis kecerdasan anak, kemudian membantu mengasah kecerdasannya.

Thomas menegaskan, orangtua tidak bisa memaksa bakat yang dimiliki anak. Anak seharusnya didukung sesuai minatnya. Seperti apa 8 tipe kecerdasan anak ini? Berikut penjelasannya dan cara mengembangkannya.

1. Word smart (kecerdasan linguistik)

Jenis kecerdasan ini  berkaitan dengan kemampuan anak dalam berbahasa baik dalam bentuk tulisan maupun saat berbicara. Kecerdasan linguistik dapat dilihat ketika anak suka membaca, cepat bisa mengeja kata dengan baik, suka menulis, suka berbicara, dan mendengarkan cerita.

Jika anak menunjukkan kesukaannya seperti ini, orangtua bisa memberikan buku-buku cerita, mainan huruf alphabet, kertas untuk menulis, atau mainan yang berkaitan dengan huruf dan kata-kata lainnya yang bisa menstimulasi kecerdasannya ini.

Orangtua juga bisa mendukung anak dengan sering mengajaknya bercerita, membaca bersama, membacakan dongeng, dan melakukan dialog berdua dengan anak. 

2. Number smart (kecerdasan logika atau matematis)

Jenis kecerdasan ini bisa ditandai ketika anak tertarik dengan angka-angka, menyukai matematika, dan hal-hal yang berbau sains, maupun yang berhubungan dengan logika.

Untuk  mengasah kemampuannya ini, berikan anak-anak alat berhitung yang menarik, benda-benda untuk dihitung, balok bertulisan angka-angka, puzzle, hingga timbangan untuk mengukur berat.

Orangtua bisa mengajak anak mengunjungi museum ilmu pengetahuan, mengajak anak bermain sambil menghitung, atau bermain monopoli.

3. Self smart  (kecerdasan intrapersonal)

Anak dengan tipe kecerdasan ini cenderung lebih suka bermain sendiri. Namun, ia bisa mengatur emosi dengan baik. Anak ini biasanya memiliki ambisi dan sudah tahu ingin jadi apa saat besar nanti. Ia juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan bisa mengomunikasikan perasaannya dengan baik.                                                                         


Jika si kecil menunjukkan tanda kecerdasan ini, berikan ia dukungan dengan menyediakan tempat yang nyaman untuk bermain sendiri, boneka, atau mainan untuk main peragaan. Orangtua bisa mengajak si kecil berbicara mengenai perasaannya dan menanyakan pendapat mereka tentang berbagai hal. Bisa juga dengan mengajak mereka melakukan aktivitas yang bersifat reflektif seperti yoga. 

4. People smart (kecerdasan interpersonal)

Berbanding terbalik dengan self smart, anak yang memiliki tipe kecerdasan ini lebih suka bermain dengan banyak orang. Anak juga memiliki empati, mampu memahami perasaan orang lain, dan cenderung menonjol sehingga suka memimpin saat bermain.

Anak seperti ini sangat cocok diberikan kostum-kostum untuk bermain drama atau teater boneka. Orangtua bisa mengajak mereka bermain bersama di luar rumah atau sering mengajak si kecil datang ke acara keluarga untuk bersosialisasi.

5. Music smart (kecerdasan musikal)

Kecerdasan musikal barangkali salah satu tipe kecerdasan yang paling mudah dilihat oleh orangtua. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan ini, antara lain suka bernyanyi, menggoyangkan badan atau berjoget ketika mendengar suara musik, suka mendengarkan musik, mengingat lagu, suka memukul-mukul seperti bermain drum, dan main piano.

Untuk mendukung minat anak di bidang musik, berikanlah ia alat musik seperti drum kecil, keyboard, piano, pianika, dan berbagai alat musik lainnya. Ajaklah si kecil bermain musik bersama, bernyanyi, mendengarkan musik, bahkan mengajaknya menonton konser musik anak-anak.

6. Pictue smart (kecerdasan spasial)

Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya terlihat dari kesukaannya menggambar, mencorat-coret kertas, mewarnai, suka berimajinasi, hingga suka bermain-main membangun sesuatu menggunaan balok.

Untuk anak ini, berikanlah buku gambar, perlengkapan untuk mewarnai seperti kuas dan cat air, dan kamera. Seringlah melakukan kegiatan menggambar bersama hingga mengunjungi museum seni.

7. Body Smart (kecerdasan kinetik)

Anak yang memiliki kecerdasan body smart sangat aktif, seperti suka berolahraga, menari, menyentuh berbagai benda dan mempelajarinya, atau membuat sesuatu dengan tangannya.

Untuk mendukung kecerdasannya, berikan anak mainan balok-balok kayu, kantong pasir agar ia bisa membuat suatu bangunan atau rumah-rumahan. Bisa juga memberikan anak tali untuk bermain lompat tali.

Anak seperti ini sangat senang diajak berolahtaga bersama keluarga, membuat prakarya, atau memonton pertunjukkan balet atau teater.

8. Nature smart (kecerdasan naturalis)

Anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis sangat suka bermain di alam. Anak ini juga menyukai binatang, memiliki kepedulian terhadap lingkungan, suka dengan tanaman.

Untuk mendukungnya, berikan anak binatang peliharaan, akuarium, sediakan kebun dan tanaman, hingga alat teropong untuk melihat burung-burung.

Anak seperti ini sangat suka diajak berjalan-jalan di alam bebas, pergi ke kebun binatang, dan melakukan kegiatan berkebun bersama sambil mengenal jenis tanaman dan hewan atau serangga yang ditemui.

http://health.kompas.com/read/2015/10/03/174041923/8.Jenis.Kecerdasan.Anak.dan.Cara.Mengembangkannya


https://www.radarhot.com/2017/03/kecerdasan-anak-lahir-bathin-dan-ahlak.html



Posting Komentar